Culture Shock di Lingkungan Mahasiswa dan Masyarakat

Mengenal Culture Shock
Apa sih culture shock itu? Secara garis besarnya, culture shock adalah kondisi dimana kita tidak terbiasa dengan budaya daerah setempat. Biasanya kita menemukan kondisi ini ketika kita pindah dan menetap di sebuah daerah yang mana kita belum sama sekali tahu tentang budaya di daerah tersebut, dan kita harus berusaha untuk memahami dan terbiasa dengan budaya itu.Pengalaman Culture Shock pada Lingkungan Mahasiswa
Kebetulan tahun 2017 ini saya baru saja memasuki dunia perkuliahan di Universitas Gunadarma. Dan saya sangat merasakan perbedaan yang sangat signifikan dibanding dengan masa SMK. Karena banyak teman-teman saya yang datang dari luar daerah selain Jakarta.
Salah satunya adalah bahasa yang mereka gunakan. Bahasa yang mereka gunakan (dari luar daerah) sangat beraneka, dan mereka sangat berusaha untuk merubah bahasa mereka tersebut agar mengikuti daerah kami, Jakarta.
Tetapi saya tidak terlalu terberatkan untuk berbincang dengan teman-teman sekelas saya yang berbeda daerah sebelumnya, mereka sangat friendly oleh karena itu, kami dapat berbicara dengan lancar walaupun kadang mereka tidak mengerti sepatah dua patah kata, karena beda bahasa.
Yang kedua, suasana perkuliahan dan SMK sangatlah berbeda, karena pada waktu SMK dulu, saya hanya ingin bersenang-senang, dan tidak terlalu memikirkan masa depan. Tetapi ketika di perkuliahan ini, kami sudah mulai membicarakan dunia luar dan masa depan, yang mana membuat saya khawatir.
Dan perbedaannya dirasakan melalui giatnya teman saya dalam hal belajar, untuk dapat dengan mudah masuk ke dunia luar nanti. Itulah salah satu hal yang membuat saya untuk belajar lebih giat lagi.
Dan pada perkuliahan, dalam sebuah organisasi bisa saja kita bertemu dengan orang yang lebih tua maupun jauh lebih tua dibanding kita, dan itu membuat kita sangat takut untuk berbicara dengan mereka.
Pengalaman Culture Shock pada Lingkungan Masyarakat
Pada liburan kelulusan SMP saya pergi ke Bali, dan pada liburan kelulusan SMK saya pergi ke Lombok. Dan saya merasakan perbedaan budaya yang sungguh luar biasa pada Jakarta.
Pertama, Bali. Di Bali saya sangat terkejut, karena saya melihat beberapa sesajen yang bertebaran di jalanan, saya sempat berfikir untuk mengambilnya, tetapi itu tidak diperbolehkan. Alasannya karena pada ke abad 8 pada tahun 858, seorang Maha Resi bernama Markandeya bersama dengan pengikutnya membuka sebuah daerah baru di Puakan yang sekarang ini disebut dengan Taro, Tegal Lalang daerah Gianyar, Bali. Dalam pembentukan daerah baru tersebut sang Maha Resi mengajarkan untuk membuat upakara atau sesajen yang digunakan untuk sarana upacara, awalnya hanya terbatas pada para pengikutnya saja namun lama kelamaan menyebar ke penduduk lain di sekitar desa Taro. (sumber : http://breaktime.co.id/travel/the-story/kenapa-di-bali-bertebaran-sesajen-ini-kisahnya.html)Dan saya jarang sekali melihat ada sampah bertebaran di sepanjang jalan, mungkin ini karena Bali merupakan tempat wisata terpandang internasional.
Nah, pada saat saya pergi ke Lombok, saya sangat terkejut karena saya melihat lumayan banyak sampah bertebaran sepanjang jalan, ya walaupun ga banyak dan saya pun jarang melihat sesajen yang bertebaran disepanjang jalan.
Mungkin karena Lombok belum terlalu dipandang oleh internasional, makanya Lombok terlihat biasa saja menurut saya.
Dan saya sempat pergi ke Malang dan Banyuwangi, yang membuat beda dengan Jakarta adalah masyarakat, kebersihan dan biaya hidup. Masyarakat Malang dan Banyuwangi adalah kebanyakan orang Jawa, dan orang Jawa terkenal dengan berbicara dengan baik dan ramah. Dan di Malang dan Banyuwangi itu yang saya lihat kotanya bersih dari sampah, tidak seperti di Jakarta yang masih bertebaran banyak sampah. Dan di Malang dan Banyuwangi makanan serba murah, pokoknya apa apa murah deh haha.
Bagaimana cara mengatasi culture shock?
Cara paling mudah adalah dengan mempelajari dengan baik tempat tujuan anda. Baca buku panduan tentang daerah tujuan anda, tanya kepada yang sudah pernah tinggal di sana, atau cari informasi dari internet. Saran saya, jangan sekali-kali membayangkan daerah tujuan anda seperti yang ditayangkan di film, karena kenyataannya akan sangat jauh berbeda.
Cara terbaik untuk mendapatkan teman adalah dengan humor. Tapi ingat untuk mempelajari budaya Amerika, atau negara lain tujuan anda, terlebih dahulu sehingga humor anda tidak menyinggung perasaan orang lokal.
Pelajari tempat-tempat penting seperti supermarket, rumah sakit, kantor pos, restoran, dan lain-lain di daerah anda. Anda harus aktif bertanya kepada penduduk lokal. Mengetahui posisi tempat-tempat umum sangat penting, terutama jika anda belum terlalu mengenal tempat tinggal anda yang baru.
Bacalah berita! Berita lokal Amerika dan berita Indonesia harus selalu anda ikuti. Hal ini sangat penting karena bisa menjadi bahan diskusi dengan teman baru anda. Orang Amerika sangat terbuka dan suka berdiskusi. Mereka akan sangat menghargai anda jika anda mengetahui apa yang sedang terjadi saat ini. Menurut pengalaman saya, teman-teman Amerika saya sangat menyukai ketika saya membicarakan tentang gubernur DKI Jakarta (Jokowi), pariwisata di Indonesia khususnya Bali, dan isu politik lainnya.
Aktif dalam kegiatan kampus. Amerika adalah negara yang sangat terbuka bagi siapapun. Anda akan selalu diterima dalam aktivitas apapun. Saya termasuk mahasiswa yang cukup rajin bermain basket di kampus. Dari sana saya mendapatkan lebih banyak teman, sehingga proses adaptasi saya jauh lebih mudah.
Orang Amerika sangat terbuka dan straight forward. Mereka juga menjunjung tinggi kebebasan berpendapat, tetapi juga berusaha untuk tetap sopan dalam mengutarakan pendapat. Jika anda berada dalam sebuah diskusi, anda bebas untuk menyuarakan pendapat anda, selama pendapat anda valid dan tidak menyinggung perasaan orang.
Sekian dari saya
Juan Alfonsus
Komentar
Posting Komentar